Peningkatan nilai ekspor Indonesia selama beberapa bulan terakhir dipicu oleh kenaikan harga dan volume sejumlah komoditas. Kenaikan harga itu diperkirakan bakal mengangkat harga saham komoditas di sepanjang tahun ini. korantempodigital KoranTempo
JAKARTA - "Kenaikan harga pasti akan berdampak pada saham emiten-emiten komoditas. Namun investor tetap perlu berhati-hati karena kenaikan terjadi pada saat dunia masih resesi," tutur Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kepada Tempo, kemarin.
Selain karena Indonesia memutuskan tidak melakukan ekspor bijih nikel, kenaikan harga nikel disebabkan oleh ketegangan antara Ukraina dan Rusia. Peristiwa tersebut berisiko membuat pasokan nikel dunia berkurang karena Ukraina merupakan salah satu produsen nikel terbesar. Harga emas juga diprediksi berpeluang naik hingga US$ 2.200 per troy ounce. Dalam dua pekan ini, harga emas internasional berkisar US$ 1.855-1.915 per troy ounce.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus, berpendapat, ketika terjadi pemulihan ekonomi, langkah yang aman adalah memilih saham cyclical stock, yaitu perusahaan yang pendapatannya terpengaruh kondisi makroekonomi. Saham tersebut dinilai pulih paling cepat ketika permintaan komoditas global naik."Tapi harus dilihat dulu, karena tidak semua saham komoditas masuk kategori baik. Investor mesti melihat fundamentalnya," kata Nico.