Bukan hanya Indonesia, bahaya perubahan iklim juga berdampak pada banyak cuaca dan bencana ekstrem di seluruh dunia.
Liputan6.com, Jakarta - Tangan perempuan itu sigap mengambil sebuah buku. Tapi bukan dibaca, buku itu ia gunakan untuk berkipas. Siang itu, di Bandung, Jawa Barat, panas demikian menyengat.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik , pada 2014 rata-rata temperatur di Kota Bandung menunjukkan suhu 23,9 derajat Celcius. Namun, belakangan suhu rata-rata di Kota Bandung mengalami tren kenaikan. Pada 2020, suhu rata-rata tahunan mencapai 25,69° Celcius. "Bandung sebagai bagian dari bumi, tentu ikut berkontribusi terhadap aktivitas penyebab pemanasan global melalui pencemaran yang terjadi di dalamnya," ujar Joko kepada Liputan6.com.
"Padahal seharusnya paling dalam itu ekornya saja. Seperti badai cempaka, badai yang lain seperti dahlia. Kenapa itu bisa terjadi? Karena suhu muka air laut perairan Indonesia semakin panas," Dwikorita menjelaskan. Hujan ekstrem di DKI Jakarta pada 1 Januari 2020 juga antara lain sebagai pengaruh dampak perubahan iklim. Kala itu, kata Dwikorita, udara dingin dari dataran tinggi Tibet bisa menyeruak masuk ke wilayah Indonesia. Hal itu disebabkan suhu udara di tanah air lebih panas.
Wali Kota London, Sadiq Khan, mengatakan banjir bandang menunjukkan bahwa bahaya perubahan iklim kini bergerak lebih dekat ke rumah. Lalu, bagaimana sesungguhnya karbon dioksida dan metana bisa muncul begitu banyak? Jawabannya adalah aktivitas manusia sehari-hari seperti pemakaian sumber energi untuk mesin dan pembangkit listrik, penggunaan kendaraan bermotor dan membakar sampah. Emisi gas karbon dioksida terus melonjak karena polusi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang dilepas ke atmosfer. Semakin berkurangnya hutan dan lahan hijau turut membuat kadar CO2 di atmosfer tidak terkendali.
Selain itu, negara-negara di dunia juga berkomitmen melanjutkan upaya menekan kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat Celcius. Jadi, kenaikan 1,5 derajat Celcius merupakan ambang batas kritis iklim yang disepakati negara-negara di dunia dihitung mulai masa praindustri atau tahun 1850 sampai 2030. Di Indonesia, BMKG melakukan pemantauan kenaikan suhu dan gas-gas rumah kaca sejak 2004. Pada 2020 diketahui, kenaikan gas rumah kaca sudah mencapai sekitar 408 ppm, dengan batas maksimum 450 ppm, supaya tidak melampaui kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius.
Laporan tersebut membunyikan alarm dengan pesan yang kuat bahwa krisis iklim sudah terjadi. Upaya manusia dalam jangka pendek hingga panjang akan menentukan seberapa buruk dampaknya bagi kehidupan bumi.
South Africa Latest News, South Africa Headlines
Similar News:You can also read news stories similar to this one that we have collected from other news sources.
UNICEF: Ratusan Juta Anak Akan Terdampak Bahaya Gelombang Panas Perubahan IklimMenyambut KTT COP 26, UNICEF menyatakan hampir 1 Miliar anak-anak terdampak krisis perubahan iklim.
Read more »
Presenter Wanita Ini Dilarang Bekerja oleh Taliban: 'Hidup Saya dalam Bahaya''Mereka mengatakan kepada saya bahwa rezim telah berubah. Anda tidak diizinkan, pulanglah,' kata Shabnam Dawran menirukan ucapan milisi Taliban. Presenter wanita...
Read more »
Bahaya yang Mengancam Karena Remehkan BurnoutJangan anggap remeh burnout atau stres karena pekerjaan. Berikut bahaya yang terjadi saat burnout tak diatasi.
Read more »
Bahaya Tabung Gas APAR Dibuat Jadi Tabung Oksigen Pasien Covid-19Beberapa waktu lalu, Tim Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim menggerebek toko penjual oksigen di Jalan Simorejo Timur, Surabaya.
Read more »