Yuk simak Journal edisi terbaru.
Liputan6.com, Jakarta - Titin Yanie belakangan mengaku harus mengeluarkan uang belanja sayuran minimal dua kali lipat daripada sebelumnya, untuk sekali ke pasar. Dia pun mengeluhkan harga pangan yang tidak kunjung normal.
Keresahan yang sama dialami Neneng Sari yang memilih untuk mengurangi jumlah pembelian cabai untuk sementara waktu. Sebab, kenaikan harga cabai saat ini dinilai amat memberatkan. "Kalau ngurangin bumbu pelanggan takutnya kabur, mending ngurangin dikit tapi rasanya enggak berubah. Paling sambelnya enggak bisa nyediain banyak kaya biasanya," kata Jali kepada Liputan6.com.Sejumlah komoditas pangan di pasaran memang mengalami kenaikan dari beberapa pekan lalu. Mulai dari cabai, telur, hingga bawang merah. Seorang penjual di Pasar Cakung, Jakarta Timur pun mengaku seringkali menerima keluhan para pembeli karena harga pangan yang tak kunjung normal.
Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang warung kelontong Aziz. Dia menyatakan harga telur di warungnya belum mengalami harga sejak beberapa pekan terakhir. Harga dari tengkulak satu kilogram telur yang diterima Aziz yaitu Rp 25 ribu. "Ambil contoh misalnya harga telur, mengapa mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan? Karena pakan ayam ini harganya mahal. Kenapa pakannya mahal? Karena jagung mahal, kenapa jagung mahal? Karena memang pasar global mengalami demand yang cukup tinggi untuk jagung," papar Hermanto kepada Liputan6.com.
"Walaupun terjadi krisis, benar-benar terasa oleh masyarakat kita ya tidak dalam waktu satu tahun, dalam waktu satu tahun tersebut kita masih aman, walaupun terjadi kenaikan harga. Tapi, itu dengan catatan bahwa kita menanam panganan tersebut sekarang. Kalau kita baru menanam nanti ketika terjadi masalah, ya itu akan terlambat," ucap dia.
"Jadi, saya melihat krisis pangan ini pertama, definisi dan sorotan krisis pangan adalah komoditas-komoditas pangan dalam kelompok serealia, jadi seperti gandum, beras, jagung, dan biji-bijian dan lain yang utamanya ya. Walaupun nanti kita lihat serealia yang lain seperti gula dan lain-lain," kata kata Faisal kepada Liputan6.com.
"Jadi ada proteksi daripada supply pangan mereka, dan kita perlu memprioritaskan produksi pangan dalam negeri. Jadi, harus meningkatkan resiliensi terutama untuk staple food kita di beras," Ketergantungan impor dapat memberikan risiko yang tinggi setelah adanya konflik atau perang."Untuk bahan pangan yang susah untuk kita swasembada karena masalah iklim dan cuaca seperti gandum yang mau tidak mau kita memang perlu mendorong lebih kuat lagi diversifikasi negara asal impor gandum kita. Jadi, tidak bergantung pada 1 atau 2 negara saja," ujarnya.
Kendati begitu, dia menikah indikasi atau gejala mengenai ancaman krisis pangan sudah terlihat. Yakni dengan adanya konflik antara Ukraina dan Rusia. Sebab Indonesia merupakan negara pengimpor gandum dari kedua negara tersebut. "Indonesia memiliki suatu keberkahan karenakita berada di daerah khatulistiwa. Produksi pangan kita walaupun ada terpengaruhtetapi masih cukup banyak . Akan tetapi kita tidak boleh lengah, kalau bisa ditingkatkan lagi bahkan, untuk mengantisipasi krisis pangan yang terjadi," ucapnya.
"Pemerintah ada badan pangan nasional, ada Bulog yang mana mereka bisa serap. Dengan cara memberikan APBN yang cukup, sehingga harga dapat tetap stabil. Bahkan di samping itu kita bisa ekspor, kalau memang surplus pangan tersebut terjadi, kita bisa menolong juga negara-negara lain. Jadi, tidak ada salahnya mengusahakan surplus yang signifikan itu," sambung Hermanto.
Selain itu angka inflasi tersebut lebih tinggi daripada Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan Italia. Awalnya pada April 2022, inflasi di Inggris 9 persen. Selanjutnya kata Bhima, pemasukan biaya pertanian juga mengalami peningkatan secara drastis. Misalnya yaitu harga pupuk yang mengalami kenaikan sampai 180 persen untuk skala internasional. Hal tersebut menurut Bhima juga akan memberikan sejumlah dampak kepada masyarakat.
"Agar tidak dilakukan pembatasan yang merugikan posisi Indonesia, karena setiap proteksi dagang tersebut akan membuat inflasi pangan akan jauh lebih tinggi. Itu yang kemudian perlu disadari oleh pemerintah dan jaring pengaman sosial untuk mencegah terjadinya kemiskinan karena harga pangan yang naik," ucapnya.
Lanjut dia, rantai distribusi merupakan elemen yang perlu diperhatikan untuk antisipasi kenaikan harga akibat krisis pangan. Sebab akan ada banyak spekulan, distributor yang bermain untuk menguasai pasar."Jadi, semakin panjang rantai distribusi semakin petani dan peternak tidak menikmati hasil dari kenaikan harga di level konsumen," Bhima menandaskan.
South Africa Latest News, South Africa Headlines
Similar News:You can also read news stories similar to this one that we have collected from other news sources.
Jokowi Minta Lahan Ditanami untuk Antisipasi Krisis PanganJika program tersebut bisa dijalankan dan memberi hasil optimal, ia meyakini Indonesia akan terlepas dari ancaman krisis pangan.
Read more »
Krisis Pangan Dunia, Jokowi Ajak Masyarakat Tanami LahanJokowi mengatakan, ketidakpastian global yang terjadi saat ini mengakibatkan ancaman krisis pangan dan energi pada semua negara di dunia.
Read more »
Cegah Krisis Pangan, India Perketat Aturan Ekspor TeriguPemerintah India pada Kamis (7/7/2022) memberlakukan pembatasan ekspor tepung terigu untuk mencegah krisis pangan.
Read more »
Ancaman Resesi AS Semakin Nyata, Harga Minyak Turun LagiHarga minyak WTI sudah beranjak dari level 100 dollar AS per barel, saat dollar AS justru menguat dari sejumlah mata uang dunia.
Read more »
Luhut: Sampai Hari Ini, Masalah Pangan Masih Oke BangetLuhut Binsar Pandjaitan mengklaim persoalan pangan di Indonesia masih terkendali. Bahkan, ia menyebut kondisi pangan tergolong baik. TempoBisnis
Read more »
Menkeu: Ketahanan Pangan RI dalam Tiga Tahun Terakhir Masih AmanBendahara Negara menyebut ketahanan pangan Indonesia aman dari sisi produksi beras dan komoditas pangan lainnya. Baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun kegiatan ekspor.
Read more »