Ini Sebab Etilen Oksida sebagai Pemicu Kanker TempoGaya
TEMPO.CO, Jakarta - Etilen oksida atau EtO diduga dapat menyebabkan kanker. Zat kimia itu telah terbukti menyebabkan kanker limfoid dan tumor otak, paru-paru, jaringan ikat, rahim dan kelenjar susu pada hewan yang terpapar etilen oksida melalui inhalasi.Menurut The International Agency for Research on Cancer Trusted Source and the United States Protection Agency yang dikutip dari Healthline, etilen oksida diklasifikasikan sebagai bahan kimia penyebab kanker saat dihirup.
Melansir National Cancer Institute, kanker limfoma dan leukemia adalah kanker yang paling sering dilaporkan terkait dengan paparan kerja terhadap etilen oksida. Kanker perut dan payudara juga dapat terjadi akibat paparan etilen oksida.
South Africa Latest News, South Africa Headlines
Similar News:You can also read news stories similar to this one that we have collected from other news sources.
Bagaimana Aturan Impor Etilen Oksida di Berbagai Negara?Departemen Kesehatan Taiwan mengumumkan penarikan mi instan Indomie Rasa Ayam Spesial dari pasar usai penemuan zat pemicu kanker pada sampel produk tersebut, yakni residu etilen oksida. Selain Indomie, produk mi instan lain yang ditarik peredarannya adalah Mie Kari Putih Ah Lai dari Malaysia. Etilen oksida merupakan senyawa kimia berupa gas yang mudah terbakar. Zat ini biasanya digunakan untuk pestisida atau mensterilkan peralatan dan perlengkapan medis serta digunakan dalam antibeku, poliester, deterjen, serat dan botol. Selain itu, etilen oksida kadar kecil biasa dipakai menjadi fumigan untuk sterilisasi kosmetik dan makanan. Penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya, termasuk etilen oksida, di seluruh dunia diatur lebih lanjut dalam perjanjian multilateral Konvensi Rotterdam. Sebagian besar negara, berjumlah 97 negara, memutuskan untuk tidak menyetujui impor zat tersebut, termasuk Indonesia. Larangan impor etilen oksida sebagai pestisida atau bahan tambahannya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2015. Kemudian 37 negara lain menyetujui impor berdasarkan ketentuan berlaku, dan hanya 2 negara yang membolehkan impor zat tersebut. Perlu digarisbawahi bahwa kandungan etilen oksida (EtO) yang ditemukan dalam bumbu Indomie Rasa Ayam Spesial di Taiwan tidak lantas berarti zat tersebut digunakan dalam proses pembuatannya. Yang ditemukan oleh otoritas kesehatan Taiwan adalah residunya, yang biasanya muncul sebagai hasil dari interaksi kimiawi dengan senyawa lain dalam produk itu. Otoritas Kesehatan Kota Taipei melaporkan keberadaan EtO pada bumbu mi instan Indomie Rasa Ayam Spesial sebesar 0,187 mg/kg (ppm). Taiwan tidak memperbolehkan adanya EtO pada pangan karena terkait limfoma (kanker kelenjar getah bening) dan leukimia (kanker darah). Kadar 2-CE yang terdeteksi pada sampel di Taiwan yang sebesar 0,34 ppm dinilai masih jauh di bawah BMR 2-CE di Indonesia, yang ditetapkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sebesar 85 ppm, dan di sejumlah
Read more »
Kiat Menghindari Paparan Etilen OksidaJika gas etilen oksida mengenai kulit atau mata dapat menyebabkan iritasi, kerusakan mata permanen dan kebutaan.
Read more »
Beda Sikap RI dan Malaysia soal Temuan Zat Pemicu Kanker pada Mi InstanPemerintah Indonesia dan Malaysia menyikapi berbeda temuan zat etilen oksida pada mi instan oleh otoritas Taiwan
Read more »
Taiwan dan Malaysia Tarik Indomie dari Pasar, Seberapa Berbahaya Etilen Oksida? |Republika OnlineIndomie Rasa Ayam Spesial di Taiwan dan Malaysia ditemukan mengandung etilen oksida.
Read more »
Dua Pelajar asal Blora Ini Diterima di Lima Kampus Luar Negeri, Ini SosoknyaHari Pendidikan Nasional yang berlangsung pada (2/5) menjadi momentum pemerintah untuk apresiasi insan pendidikan berprestasi. Pada kegiatan upacara yang berlangsung di SLB Randublatung itu, dua pelajar mendapat penghargaan karena telah diterima di lima kampus luar negeri.
Read more »
Terungkap! Ini Alasan Buruh Dukung Ganjar, Janjikan IniKonfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mengaku siap mendukung penuh Ganjar Pranowo sebagai Presiden RI di Pilpres 2024 nanti.
Read more »