Inilah kebun kopi kuno di Gondosini, Wonogiri, Jawa Tengah, yang menjadi tempat pembibitan kopi di era Mangkunegaran.
Setelah menduduki takhta dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, perkebunan kopi itu diperluas. Perluasan dilakukan ke wilayah Honggobayan, Keduwang dan Karangpandan, di luar Kota Solo.Hal ini dikarenakan beberapa tempat yang cocok untuk penanaman kopi masih berada di tangan para penyewa pengusaha Eropa. Maka untuk memperluas pembudidayaan kopi Mangkunegara IV melakukan alih fungsi hutan di wilayah Wonogiri.
Kedua bibit kopi ini kemudian didistribusikan ke berbagai wilayah perkebunan kopi milik Kadipaten Mangkunegaran. Selanjutnya, muncul desa-desa pengolah kopi yang disebut dengan istilah pakopen di Wonogiri yang menciptakan lapangan pekerjaan baru.Pemilihan kopi sebagai tanaman perkebunan di Wonogiri dilakukan atas pengalaman Mangkunegra IV yang lebih dulu berhasil mengembangkan kopi di Baturetno.
Hal ini dimaksudkan untuk mengorganisir proses penanaman kopi dalam wilayah Kadipaten Mangkunegaran yang kebanyakan belum memahami standar pengolahan kopi secara baik.Pada perkembangan selanjutnya, industri kopi berkembang di wilayah hampir seluruh wilayah Wonogiri. Mulai dari Nguntoronadi, Ngadirojo, Girimarto, Jatisrono, Slogohimo, Purwantoro.
Di beberapa daerah di Wonogiri, seperti Desa Kasihan, Kecamatan Ngadirojo, menjadi tempat pabrik kopi. Bangunan pabrik tersebut bahkan masih ada sampai saat ini di Desa Kasihan.