Aksi penolakan terhadap rencana pengesahan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) terus bergulir.
Masyarakat sipil yang terdiri dari mahasiswa dan aktivis menyuarakan penolakan tersebut di Taman Pandang Istana, Jakarta, kemarin .
Mereka mendesak pemerintah dan DPR untuk menunda pengesahan RKUHP yang sudah dijadwalkan bulan ini. Aksi penolakan pengesahan RKUHP itu bersamaan dengan kegiatan Kamisan ke 755 yang rutin digelar masyarakat sipil di seberang Istana Negara tersebut. Dalam aksi itu, masyarakat sipil tak hanya menyampaikan orasi, tapi juga membentangkan spanduk berisi kritik terhadap RKUHP yang didalamnya terdapat banyak pasal bermasalah.
Bayu Satria Utama, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia mengatakan, RKUHP yang dibahas tanpa mengakomodasi partisipasi masyarakat itu betul-betul mencederai demokrasi. Dalam catatannya, Bayu menyebut setidaknya ada 48 pasal bermasalah yang berpotensi merugikan rakyat. “Buat apa jadi negara hukum kalau pemerintan dan DPR seenaknya membuat hukum,” kata Bayu usai berorasi. Menurutnya puluhan pasal RKUHP yang bermasalah karena berpotensi merampas hak-hak rakat.
South Africa Latest News, South Africa Headlines
Similar News:You can also read news stories similar to this one that we have collected from other news sources.
JSKK Minta Jokowi Tunda Pengesahan RKUHP Karena Masih Banyak Pasal Bermasalah - Tribunnews.comJaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar Aksi Kamisan, di Taman Pandang Istana, Gambir, Jakarta Pusat (1/12/2022).
Read more »
Sindir Pemerintah, Aliansi Nasional Reformasi KUHP Luncurkan 'RKUHP: Panduan Mudah #TibaTibaDiPENJARA'Aliansi Nasional Reformasi KUHP kecewa terhadap pemerintah dan DPR, mereka menolak 48 pasal di RKUHP yang dinilai bermasalah.
Read more »
GMNI Nilai RKUHP Ancam Demokrasi di Indonesia |Republika OnlineGMNI kritik Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Read more »
KY Disebut Kalah Cerdik Soal Usulan RKUHP |Republika OnlineKY disebut seharusnya berkomunikasi intens dengan DPR terkait RKUHP.
Read more »