Indonesia mengikuti dengan dekat laporan yang akhirnya membuat Belanda minta maaf.
REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Perdana Menteri Belanda Mark Rutte telah meminta maaf kepada Indonesia, setelah sebuah penelitian menemukan bahwa tentara Belanda memang menggunakan kekerasan luar biasa terhadap warga sipil, selama perang kemerdekaan indonesia.
Hasil studi tersebut memakan waktu lebih dari empat tahun untuk menyimpulkan adanya kekerasan tersebut. Sumber penelitian menunjukkan bahwa kekejaman di Hindia Belanda saat itu dilakukan dengan cara yang sistematis. Ditemukan bahwa penggunaan kekerasan ekstrem oleh angkatan bersenjata Belanda tidak hanya meluas, tetapi juga sering disengaja."Kekerasan itu disetujui di setiap tingkatan, politik, militer dan hukum.
Tinjauan tersebut mengutip adanya eksekusi di luar hukum, perlakuan buruk dan penyiksaan, penahanan di bawah kondisi yang tidak manusiawi. Kemudian adanya pembakaran rumah dan desa, pencurian dan perusakan properti serta persediaan makanan. Selanjutnya, Belanda melancarkan serangan udara yang tidak proporsional dan penembakan artileri, dan tindakan penangkapan massal secara acak.Para peneliti menemukan tidak mungkin untuk melacak jumlah pasti dari kejahatan dan korban.